Selasa, 29 April 2014

Resensi Film Laura Dan Marsha


Produser                    : Leni Lolang
Sutradara                  : Dinna Jasanti
Penulis                      : Titien Wattimena
Tanggal Edar             : Kamis, 30 Mei 2013
Pemeran                    :
-       Prisia Nasution, sebagai Laura
-       Adinia Wirasti, sebagai Marsha
-       Ratna Riantiarno, sebagai Mama Laura
-       Tutie Kirana, sebagai Mama Marsha
-       Restu Sinaga, sebagai Ryan
-       Amina Afiqah Ibrahim, sebagai Luna
-       Zefanya Christin Malau, sebagai Luna (balita)
-       Ayal Oost, sebagai Finn
-       Lie Darmawan, sebagai Dokter
-       Kartika Rizky, sebagai Perawat
-       Arry Susanto, sebagai Pak Pos
-       Widiarto, sebagai Satpam



Sinopsis

Pembuka film yang menampilkan geliat kesibukan kantor pos yang memproses pengiriman kartu pos dari suami Laura yang jauh disana. Laura yang merupakan seorang pegawai Travel Agent disibukkan dengan pekerjaannya melayani para pelanggan. Kelelahannya terbayar setelah pulang ke rumah melihat keceriaan anaknya, Luna yang masih kecil. Hari-hari Laura diisi dengan perjuangan membesarkan anak semata wayangnya seorang diri. Karena suaminya lama menghilang sejak empat tahun lalu. Hanya memberi kabar via kartu pos dan memberi hadiah-hadiah untuk Luna. Tanpa pulang ke rumah.

Laura  (Prisia Nasution) bersahabat dengan Marsha (Adinia Wirasti) sejak SMA. Marsha seorang penulis traveller yang suka kebebasan dan selalu santai menjalani hidupnya. Ia berambisi ingin ke Eropa dan mengajak Laura. Tetapi Laura sangat ragu memenuhi permintaannya. Karena merasa berat meninggalkan Luna. Walau hanya untuk dua minggu saja. Karena Laura ingin selalu dekat anak sejak ditinggalkan tidak jelas oleh suaminya. Tetapi Marsha memaksa dan memberi pengertian bahwa kesempatan hanya datang satu kali saja. Dan Marsha ke Eropa ingin mengenang dua tahun kepergian ibunya.

Setelah mempertimbangkan masak-masak akhirnya Laura setuju. Sesampainya di Eropa mereka agak kurang kompak. Marsha yang sibuk menikmati setiap detail keindahan dan keunikan yang ada di Amsterdam. Laura malah selalu sibuk dengan handphone-nya dan menghubungi rumah. Banyak pula hal tak sejalan yang terjadi selama di Eropa. Marsha yang lincah dan agak urakan serta santai menghadapi apapun. Bertolak belakang dengan Laura yang ingin melakukan perjalanan sesuai aturan yang biasa ia terapkan di travel agent tempatnya bekerja. Seperti penerapan undang-undang perjalanan dan etika dalam menggunakan waktu yang efisien. Terlambat bangun tidur dua jam saja Laura bisa marah gak ketulungan. 

Sikap Marsha yang selalu supel dan mudah bergaul dengan siapapun, termasuk orang asing. Membuat ia dengan mudahnya mengajak seorang pria Eropa bernama Finn yang hendak travelling juga menaiki mobil sewaan. Laura tentu saja keberatan tetapi mereka tetap berjalan bertiga walau muka Laura ditekuk sepanjang perjalanan. Saat Lauran dan Marsha lelah posisi menyetir diganti Finn ternyata arah kemudi yang dikendalikan Finn tak sesuai tujuan Laura dan Marsha. Akhirnya Finn tak diperkenankan ikut oleh Laura. Marsha hanya bisa pasrah dan serba salah. Karena merasa tidak enak sama Finn tetapi harus mengikuti kehendak Laura.

Diperjalanan berikutnya mobil sewaan mereka dihadang tiga orang lelaki jahil di sebuah taman hutan. Mereka berhasil lolos namun paspor, handphone dan dompet mereka semua hilang. Terjatuh saat lari dikejar kawanan lelaki jahil tadi.

Kondisi perjalanan mereka tambah kacau dan tak mengasyikkan. Lalu Laura mengutarakan maksudnya ingin mampir ke Verona, alamat yang ada di kartu pos yang dikirim suaminya. Marsha merasa dirinya tak dihargai sebagai sahabat karena selama ini Laura tak pernah bilang kalau ke Eropa akan mampir ke tempat suaminya yang telah meninggalkannya. Marsha mengira Laura pergi ke Eropa memenuhi keinginannya murni untuk menemani ternyata ada maksud lain.

Pertengkaran memuncak dan mereka berpisah. Karena terdesak keadaan mereka bekerja di restoran  secara ilegal. Saat dikejar-kejar polisi imigrasi, mereka bersama-sama lagi melarikan diri dan istirahat disebuah tempat yaitu di Venice.


Disebuah gedung itu mereka baru membuka hati masing-masing dan mereka menemukan titik terang tentang apa yang harus mereka perbuat. Semua kejadian yang tak disangka-sangka itupun mereka jadikan hikmah dan pengalaman berharga. Akhirnya, Laura mengetahui bahwa Finn adalah teman dari suaminya, dan setelah Finn membuka semua rahasia suami Laura, Laura menangis karena ternyata suami Laura sudah meninggal karena suatu penyakit. Setelah mengetahui berita itu, Laura dan Marsha akhirnya tenang dan meninggalkan Eropa. Persahabatan mereka pun menjadi semakin erat setelah peristiwa yang terjadi di Eropa.

·         Kekurangan pada film ini adalah ketika Laura dan Marsha berada di sebuah gedung dan mereka bertengkar dengan kata – kata yang kasar dan ada suatu adegan yang menurut saya fulgar ketika Laura mengenang suaminya dan berada di dekat lelaki yang mengajaknya bercinta.

·         Kelebihan dari film ini adalah penonton seperti dibawa ke Eropa saat menonton film ini, film yang tidak membosankan dan hal ini dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang menonton bahwa dalam liku-liku perjalanan hidup dalam sesuatu yang tak diharapkan selalu ada hikmah didalamnya.


Sumber :

- www.gunadarma.ac.id
- www.studentsite.gunadarma.ac.id
- www.baak.gunadarma.ac.id
 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar